Pada 8 Desember 1941, tentara Jepang berhasil menghancurkan Pearl Harbour, pangkalan terkuat Amerika Serikat yang berada di Lautan Pasifik. Kemudian tentara Jepang bergerak ke arah selatan, satu demi satu benteng-benteng perkasa jatuh ke tangan tentara Jepang.
Sikap rakyat Indonesia tidak peduli dan tidak membantu Belanda ketika tentara Jepang masuk ke Indonesia. Hal ini dikarenakan rakyat menganggap bahwa Jepang datang bukan sebagai “penakluk”, melainkan sebagai “pembebas”.
Jepang menganggap wilayah Hindia Belanda memiliki peran penting dalam hal ekonomi, strategi, dan politik seluruh Asia Timur dan Asia Tenggara. Jepang ingin menguasainya untuk membangun “ lingkungan kemakmuran bersama Asia Timur Raya”.
Tujuan utama Jepang masuk ke Indonesia adalah faktor kekayaan alam Indonesia yang melimpah. Jepang menyudahi penjajahan Belanda di Indonesia pada 8 Maret 1942, setelah Belanda menyerah tanpa syarat kepada angkatan perang Jepang.
Pada zaman Jepang, terdapat tiga wilayah pemerintahan militer pendudukan, yaitu:
Pemerintahan militer yang berpusat di Jakarta berada di bawah Tentara Keenam belas (Angkatan Darat atau Rikugun), di Bukittinggi berada di bawah Tentara Kedua puluh lima (Angkatan Darat atau Rikugun), di Makassar di bawah Armada Selatan Kedua (Angkatan Laut atau Kaigun).
Setelah pemerintahan militer Jepang terbentuk di Indonesia, perkembangan pola dasar kebijaksanaan terutama tentang “kemerdekaan” merupakan persoalan yang sulit dihindarkan.
Hal ini karena gerakan nasionalisme di Indonesia semakin tumbuh dan berkembang. Suatu gerakan yang menuntut konsesi yang lebih besar dari yang pernah mereka terima, yaitu rakyat menginginkan “kemerdekaan” yang dapat dilaksanakan secepat mungkin.