Sebuah penelitian unik mengungkap perilaku kiper saat menghadapi tendangan penalti. Ternyata,persentase seorang kiper melompat ke arah kiri adalah 57%, ke arah kanan adalah 41 % dan hanya 2% kemungkinan seorang kiper tidak beranjak dari poisisinya.
Apakah lantas para eksekutor penalti akan menendang ke arah tengah, posisi yang paling jarang dipilih kiper? Ternyata tidak. Hanya 17% kemungkinan tendangan mengarah tepat ke arah tengah gawang. Mengapa demikian?
Ketika seorang eksekutor penalti mencoba peruntungan dengan menendang ke arah tengah gawang namun ternyata sang kiper mampu menangkapnya, dia akan mendapatkan ejekan dan tekanan yang lebih berat ketimbang kalau gagal saat menendang ke arah kanan atau kiri gawang. Tendangan ke tengah gawang memang terkesan tidak serius dan main-main, padahal peluang golnya lebih besar.
Hal itulah yang menyebabkan banyak pemain bola tidak mau mengambil risiko tersebut, karena bagi kebanyakan orang menyelamatkan reputasi pribadi jauh lebih penting ketimbang memaksimalkan peluang.
Ketakutan akan rasa malu terkadang mampu mengalahkan ketakutan akan kegagalan. Seorang freak sejati mampu melepaskan dirinya dari permasalahan di atas karena dia mampu melihat suatu permasalahan dari berbagai macam sudut pandang. Sebagai penendang bola, dia akan mempertimbangkan peluang kemenangan tim, tidak sekedar reputasi pribadinya.
Rasa malu juga sering menghinggapi orang dewasa ketika harus mengucapkan “Saya tidak tahu”. Padahal menganggap diri Anda telah sepenuhnya paham akan suatu hal akan menyebabkan Anda tidak mau menggali lebih dalam mengenai hal tersebut.
Seorang freak akan menyikapi hal di atas secara berbeda. Mereka akan menanyakan berbagai macam kemungkinan, terbuka akan setiap kritik dan masukan serta mampu melawan pandangan mainstream untuk menghasilkan cara yang lebih efektif dan efisien dalam menyelesaikan suatu masalah.
Dalam menghadapi suatu masalah, seringkali Anda juga terburu-buru mencari cara yang tepat untuk menyelesaikanya. Padahal belum jelas apakah “masalah” yang Anda coba pecahkan itu merupakan pokok permasalahan atau hanya kulit luarnya saja. Hal ini penting untuk Anda renungkan karena kegagalan Anda untuk memahami suatu masalah berakibat pada kegagalan Anda untuk menemukan jawabannya.
Apapun masalah yang Anda hadapi, jangan hanya berhenti untuk menyelesaikan “permukaanya” saja, coba selami lebih dalam inti permasalahan tersebut, dan pastikan Anda menyelesaikan masalah tepat di pokok permasalahannya.
Di dalam buku ini penulis bercerita tentang rahasia Takeru Kobayashi, juara makan hotdog dunia. Kunci kemenangannya adalah mengubah paradigma masalah “bagaimana cara makan hotdog sebanyak mungkin” menjadi “bagaimana cara membuat hotdog menjadi lebih mudah untuk ditelan”.
Ketimbang berusaha untuk makan secepat mungkin, Kobayashi lebih memilih merendam hotdog di minumannya—untuk membuatnya lebih mudah di telan—sambil menggoyang-goyang perutnya supaya muat lebih banyak makanan. Dengan teknik ini ia berhasil menjadi juara dunia.